Latar Belakang Surah Al maun

A. Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Maun
Dengan nama Allah Yang maha Pengasih dan Maha penyayang. Artinya: (1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (2) Itulah orang yang menghardik anak yatim, (3) dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. (4) maka celakalah bagi orang yang sholat (5) ( yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, (6) orang yang berbuat riya, (7) dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna. Allah SWT berfirman, “Tidakkah kamu meliat, hai Muhammad, orang yang telah mendustakan hari di mana mereka akan dikembalikan, dibalas, dan diganjar?” “Itulah orang yang menghardik anak yatim,” yaitu orang yang menguasainya kemudian melantarkan haknya. “Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, “Yaitu orang yang tidak mempunyai apa-apa di dalam memenuhi beban kehidupannya. Kemudian Allah Ta’ala berfirman, “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya. “Diriwayatkan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang orang-orang yang lalai dari shalat mereka. Beliau menjawab, ‘Yaitu orang-orang yang mengakhirkan shalat sehingga keluat dari waktunya.’“ “Orang-orang yang berbuat ria. “Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abullah bin Amru bahwa Rasulullah saw. Telah bersabda, “Barangsiapa menyiarkan kepada orang lain tentang amal baiknya maka Allah akan memperdengarkan amal orang itu kepada makhluk-Nya, kemudian menhinakannya dan merendahkannya.” Diantara perkara yang berkaitan dengan firman Allah Ta’ala, “Orang-orang yang berbuat ria” ialah bahwa orang yang beramal karena Allah semata, kemudian diketahui oleh orang lain dan dikagumi, maka hal ini tidak termasuk riya. Dalilnya adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Ya’la al-mushili dalam Musnad-nya bahwa Abu Hurairah r.a berkata: “Aku pernah shalat, Kemudian datanglah seseorang kepadaku dan aku banggak karena ibadahku itu. Aku ceritakan hal itu kepada Rasulullah saw., lalu beliau bersabda, ‘Kamj telah mendapatkan dua pahala. Pahala karena beribadah dengan sembunyi-sembunyi dan pahala karena beribadah dengan terang-terangan.’“ “Dan menahan barang yang berguna.” Yaitu, mereka tidak berbuat ihsan dalam beribadah kepada Tuhannya dan tidak berbuat ihsan kepada sesame, sampai-sampai tidak mau pula meminjamkan barang yang dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh orang lain, walaupun barang itu akan tetap ada dan kembali kepada mereka. Mereka itu orang-orang yang tidak mau membayar zakat dan berbagai macam barang yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Al-maun itu adalah zakat. Pengertian ini diriwayatkan dari Ali dan Ibnu Umar. Hasan Basri mengatakan, “Al-maun berarti orang yang apabila shalat maka dia riya. Bila tidak shalat, dia tidak menyesal. Dan, dia enggan mengeluarkan zakat hartanya. Ibnu Mas’ud pernah ditanya tentang arti Al-maun, maka dia menjawab, “ia adalah barang yang biasa digunakan oleh manusia, seperti kapak, katel, ember dan barang-barang lain yang serupa.” Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Al-maun itu adalah perkakas rumah tangga. Dan, tidak mau memberikan pertolongan baik dengan uang atau dengan barang yang bermanfaat. Itulah sebabnya Muhammad bin Ka’ab mengatakan, “Dan menahan barang yang berguna,” yang dmaksud Al-maun disini adalah Al-ma’ruf berbuat baik’.Karenanya, telah ditegaskan dalam sebuah hadist, “Setiap kebaikan itu adalah sedekah.” Diriwayatkan oleh Ibnu Mani’ dengan sanadnya dari Amir bin Rabi’ah bahwa Ali Fulan an-Namiri berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Bila bersua maka disambut dengan salam dan dia membalasnya dengan sambutan yang lebih baik, serta dia tidak menahan Al-maun.” Aku bertanya, “Apa Al-maun itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Batu, besi, dan barang lain yang serupa.”
B. Azbabun Nuzul
Menurut mayoritas ulama’, surat ini termasuk ke dalam surah Makkiyah. Sebagian menyatakan Madaniyah’ dan ada juga yang berpendapat bahwa ayat pertama sampai ayat ketiga turun di Mekah dan sisanya turun di Madinah. Pendapat lain juga mengatakan bahwa awal surat ini turun di Mekah, sebelum nabi berhijrah. Sedangkan akhirnya yang berbicara tentang riya’ dalam shalatnya turun di Mekah.Yang berpendapat surat ini Makkiyah, menyatakan ia adalah wahyu yang ke-17 yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Ia turun sesudah ayat At-Takatsur dan sebelum surah Al-Kafirun. Adapun sebab turunnya ayat ini terdapat dalam riwayat yang di kemukakan bahwa ada orang yang di perselisihkan, apakah Abu Sufyan atau Abu jahal, Al-ash Ibn Walid atau selain dari mereka. Konon setiap minggu mereka menyembelih unta. Suatu ketika, seorang anak yatim datang meminta sedikit daging yang telah disembelih itu. Namun, ia tidak memberinya bahkan menghardik dan mengusir anak yatim tersebut. Maka turunlah ayat pertama sampai ketiga dari surat Al-Ma’un. Sedang menurut sebuah riwayat yang dituturkan dari sahabat Ibnu Abbas ra yang melatari turunnya wahyu Allah Al Quran surat Al-Maun ayat keempat sampai terakhir ini adalah sebagai berikut. Bahwa pada zaman Rasullah dulu ada sekelompok kaum munafik yang rajin ibadah, dalam hal ini mengerjakan sholat. Namun patut disayangkan bahwa setiap mereka sholat itu tidak diniatkan karena Allah, melainkan karena ingin dilihat oleh orang lain. Ketika ada orang yang melihat mereka sholat maka mereka akan sholat dengan khusyuknya tetapi jika tidak ada orang yang melihatnya maka mereka sholat dengan seenaknya bahkan mereka tidak mengerjakannya. Apa yang dikerjakan selalu ingin mendapatkan pujian dari orang lain atau dengan kata lain disebut riya. Selain itu kaum munafik ini enggan untuk memberikan barang-barang berguna yang dimikinya kepada orang yang membutuhkannya dengan kata lain kaum munafik ini enggan untuk megeluarkan zakat. Allah tidak menyukai kaum seperti ini. Oleh karena itu, Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat Jibril, sebagai ancaman kepada kaum munafik tersebut dan menggolongkan mereka kedalam orang-orang yang mendustakan agama Allah. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka, dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS An Nisa: 142). •

SUMBER: http://dc432.4shared.com/doc/vQNPOzcm/preview.html

C. Hikmah-Hikmah di surah Al-Maun
kita harus menggunakan segala alat yang ada untuk membantu orang lain mengurangi beban penderitaan mereka sampai mereka mengakui kebenaran din yang merupakan kewajiban mereka.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

latr Belakang Surah Al Fiil

Latar Belakang Surah Al Ashr